Prodi Hubungan Internasional UNISRI Bahas Tantangan Energi dan Ketimpangan Global dalam Kuliah Umum Diplomatic Course 2025

Prodi Hubungan Internasional UNISRI Bahas Tantangan Energi dan Ketimpangan Global dalam Kuliah Umum Diplomatic Course 2025

“Polemics over the Transition of Electric Vehicles: Regulatory and Resource Dilemmas”

Surakarta, 6 Mei 2025 – Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) kembali menyelenggarakan kegiatan akademik bertaraf global melalui Kuliah Umum bertajuk “Polemics over the Transition of Electric Vehicles: Regulatory and Resource Dilemmas”. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Unisri Diplomatic Course 2025, yang secara konsisten bertujuan memperluas wawasan mahasiswa mengenai isu-isu internasional terkini.

Kuliah umum ini diselenggarakan pada Selasa, 6 Mei 2025, bertempat di Gedung H Lantai 5 UNISRI, dan diikuti oleh 80 mahasiswa/i Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2023–2024. Kegiatan berlangsung dengan antusiasme tinggi dari para peserta, yang menunjukkan ketertarikan mendalam terhadap isu transisi energi dan ketimpangan global, terutama dari perspektif negara-negara berkembang.

Acara ini dimoderatori oleh Ibu Untari Narulita M D, S.IP., M.H.I, dan menghadirkan narasumber utama, Dr. Salman Al Farisi, seorang diplomat senior sekaligus mantan Duta Besar Indonesia untuk kawasan Afrika Sub-Sahara. Dalam paparannya, Dr. Salman mengangkat tema menarik mengenai “Kendaraan Listrik dalam Perspektif Afrika Sub-Sahara”.

Dalam penyampaiannya, Dr. Salman menyoroti bahwa di tengah dorongan global menuju kendaraan listrik sebagai solusi perubahan iklim, masih terdapat dilema besar, khususnya di kawasan Afrika Sub-Sahara. Ia menyampaikan fakta mengejutkan bahwa sekitar 60% populasi di Afrika Sub-Sahara masih hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem, meskipun wilayah ini merupakan salah satu pemilik cadangan minyak, emas, dan gas alam terbesar di dunia.

“Kita tidak bisa bicara soal transisi energi secara global tanpa menyinggung ketimpangan distribusi sumber daya dan akses terhadap teknologi hijau,” kira-kira begitu yang diungkapkan Dr. Salman. Ia juga menekankan bahwa pengembangan kendaraan listrik harus memperhatikan keadilan global, terutama bagi negara-negara yang selama ini menjadi penyedia bahan baku namun tertinggal dalam pengembangan infrastruktur energi bersih.

Kuliah umum ini tidak hanya memberikan wawasan geopolitik, tetapi juga mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis terhadap kebijakan transisi energi global yang sering kali tidak mempertimbangkan konteks sosial dan ekonomi negara berkembang. Antusiasme mahasiswa tercermin dari berbagai pertanyaan tajam yang diajukan dalam sesi diskusi.

Pemahaman seperti ini sangat penting bagi para mahasiswa HI sebagai calon diplomat dan analis hubungan internasional. Apa yang disampaikan Dr. Salman membuka cakrawala baru tentang bagaimana ketimpangan global masih menjadi tantangan besar di era teknologi hijau. 

Kegiatan ini sekaligus menjadi bukti nyata komitmen Program Studi Hubungan Internasional UNISRI dalam membekali mahasiswa dengan perspektif global, kritis, dan kontekstual terhadap isu-isu kontemporer. Kuliah umum seperti ini diharapkan terus menjadi ruang dialog strategis yang mempertemukan akademisi, praktisi, dan mahasiswa dalam menyikapi tantangan dunia yang semakin kompleks.

Leave a Reply